Bagus Bhaktiyasa: Penerapan PPK Harus Bertahap

(Baliekbis.com), Rencana pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) mendapat dukungan pemerhati sekaligus pengamat dunia pendidikan, Drs. I Gusti Bagus Bhaktiyasa, Rabu (2/8).

Menurutnya, pelaksanaan program PPK hatus diterapkan secara bertahap sesuai kesiapan di masing-masing daerah. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah merupakan program  yang ditujukan dalam upaya memperkuat pendidikan karakter siswa.  Selain itu, program PPK juga mampu membantu meningkatkan sebuah keharmonisan melalui olah hati atau etika, olah rasa atau estetika, olah pikir atau literasi, dan olah raga atau kinestetik dengan dukungan pelibatan publik dan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat,” terangnya. Bhaktiyasa berpendapat penerapan program PPK harus  menyesuaikan dengan masing-masing jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga level sekolah menengah atas dan menengah kejuruan. Aplikasi dari PPK harus diimpelementasikan dengan sejumlah program yang ada di sekolah dan menyesuaikan dengan kurikulum 2013. Program PPK bisa saja dilaksanakan melalui kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kegiatan non kurikuler. “Tapi program-program baru semacam ini tentu harus dilaksanakan secara bertahap dan tidak bisa serentak di seluruh Kabupaten/Kota atau sekolah tertentu,” ungkapnya.

Meski penerapan dari program ini hingga ke sekolah-sekolah masih terus dikaji, secara garis besar program ini merupakan salah satu terobosan untuk menjadikan anak-anak Indonesia lebih berkarater, sehingga anak-anak memiliki kemandirian dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. ”Dengan kematangan pendidikan karakter yang ditanamkan sejak pendidikan dasar ini tentu diharapkan kasus penyalahgunaan narkoba maupun tawuran di kalangan pelajar bisa teratasi,” ucapanya. Kemudian, program pemerintah semacam ini haruslah mendapat apresiasi dan perhatian pihak sekolah karena kedepannya sekolah harus mampu mengolah siswanya agar berpikir kritis, memiliki kemampuan komunikasi yang memadai, serta mampu melahirkan siswa yang kreatif dan inovatif. “Penerapannya di dalam kelas, bisa saja guru tidak hanya berkewajiban mengajar mata pelajaran tertentu, tapi juga ikut aktif mengajak siswanya memecahkan suatu permasalahan baik per individu maupun per kelompok,” imbuhnya.  Ditambahkan, peran sekolah, masyarakat, dan orang tua atau keluarga sangat sentral dan harus berjalan beriringan agar pemahaman peserta didik tidak terbatas saat pengajaran di depan kelas, tapi juga tetap melekat saat siswa berinteraksi di lingkungan keluarga maupun masyarakat. (sus)