Azka: Hilirisasi Produk Tingkatkan Pendapatan Petani

(Baliekbis.com), Petani kerap menghadapi kendala saat panen raya dimana harga anjlok akibat produksi yang melimpah. Untuk mengatasi hal ini perlu ada upaya-upaya untuk menyelamatkan produk petani agar tak sampai merugi.

“Melalui program hilirisasi produk kita harapkan petani bisa mendapatkan nilai tambah, produknya terjaga  sekaligus mengendalikan inflasi,” ujar Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Prov. Bali Azka Subhan A. saat ditemui, Kamis (28/12) malam pada salah satu stand di Denfest. Hilirisasi produk tersebut menurut Azka, kini tengah dicobakan pada produk bawang merah dengan olahan menjadi bawang goreng serta ada yang dalam bentuk segar seperti dipotong-potong dan ini diharapkan bisa masuk hotel dan super market.Pihaknya juga tengah merangcang untuk pengolahan komoditas cabai. Sebab cabai ini sangat tinggi fluktuasi harganya. Di awal Januari lalu sampai Rp 100 ribu lebih harganya per kilogram. Dampaknya bulan Januari itu inflasi sampai 2 persen. Menurutnya program hilirisasi ini tak begitu rumit prosesnya termasuk bisa menggunakan teknologi yang sederhana. “Mungkin perizinannya yang perlu diperhatikan agar bisa masuk ke hotel-hotel atau super market,” tambahya.

Komang Sukarsana

Azka menambahkan BI mengusung transmisi atau bidang untuk pengelolaan inflasi dengan komoditas yang dinilai banyak mempengaruhi inflasi seperti bawang merah, cabai dan beras. Jalur lainnya mengembangkan produk unggulan daerah seperti kopi dan produk tenun kain songket, di antaranya di buleleng, Gianyar dan Jembrana. Kedua jalur tersebut sangat efektif dalam pengendalian inflasi, khususnya bawang merah yang sangat potensial di Bali dan sangat strategis dalam menjaga inflasi. Pasalnya bawang merah yang dihasilkan di Bali mampu memenuhi kebutuhan lokal sekitar 80 persen. Jadi komoditas ini harus diperhatikan ketersediaan produknya. Ke depan tambah Azka juga diharapkan ada produk komplementari dari kakao serta bawang putih yang kini sedang dalam tahap perencanaan pengembangannya. Sebab beberapa lahan di Bali juga potensial bagi pengembangan bawang putih.

Komang Sukarsana, salah satu pelaku usaha kopi dan bawang merah dari Soongan Kintamani mengatakan olahan bawang merah menjadi bawang goreng diharapkan bisa meningkatkan nilai tambah prodok tersebut sekaligus menyelamatkan produk petani saat panen raya. “Kita sudah coba mengolah bawang merah ini dan hasilnya cukup bagus serta diterima pasar. Tinggal perbaikan kualitas dan perizinannya,” ujar petani sekaligus pengusaha pertanian sukses ini. (bas)