Arya Jembawan,S.E.: PPDB Jalur Terzonasi Tak Transparan

(Baliekbis.com), Fenomena yang terjadi pada saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) untuk jalur terzonasi masih dirasakan ada beban di orangtua siswa. Karena pada jalur terzonasi ini banyak orangtua siswa belum memahami sistem yang berlaku. “Apakah jalur terzonasi ditentukan melalui NEM tertinggi atau sebatas lingkungan jarak tempat tinggal dengan sekolah, dan hal tersebut masih dirasakan krodit,”kata pengamat pendidikan yang juga anggota komisi IV DPRD Kota Denpasar Bidang Pendidikan, I Gede Made Arya Jembawan,S.E., Jumat (30/6/2017).

Lanjut Jembawan, krodit PPDB terkait jalur terzonasi terjadi hampir di setiap sekolah negeri, baik di tingkat SD, SMP, SMK/SMK. Pasalnya, pendaftaran lewat jalur terzonasi masih menjadi beban berat buat orangtua siswa yang ternyata penentuan diterima masih menggunakan standar NEM tertinggi. Bahkan anehnya lagi penerimaan lewat jalur terzonasi juga ditentukan lewat umur kelahiran yang lebih tua. “Semestinya kebijakan ini kembali dijadikan bahan acuan bagi kemajuan dunia pendidikan kedepannya,” terangnya.

Kemudian, menurut Jembawan yang paling parahnya lagi terkait kisruh di jalur terzonasi adalah di tingkat SD seperti yang terjadi di SDN Peguyangan. Dimana puluhan siswanya tidak diterima dengan alasan kelebihan siswa atau overload. “Jika dilihat dari pendaftaran awal semuanya sudah memenuhi persyaratan, namun kalau dinyatakan hanya sebatas kelebihan siswa atau overload tentu bukan itu menjadi alasan utama sekolah,” imbuhnya.

Dijelaskan, melihat kondisi seperti ini yang terjadi di sekolah negeri hendaknya Pemerintah bisa lebih tanggap. Jangan sampai jalur terzonasi ini terus menjadi masalah yang berlarut-larut. “Ini demi kemajuan dunia pendidikan kedepanya, bukan saya menggurui. Akan tetapi bukti nyata di lapangan membuktikan banyak siswa yang tidak diterima walau sudah memenuhi persyaratan yang membuat orangtua siswa kecewa,” ujarnya.

Dibalik itu, alasan pihak sekolah menanggapi keluhan orangtua siswa terkait jalur terzonasi ditanggapi dengan enteng yakni kelebihan kelas atau overload. Melihat kondisi seperti ini seakan-akan pihak sekolah merasa tidak ambil pusing. “Semestinya pihak sekolah bisa memberikan alasan yang jelas dan benar dengan tujuan agar tidak terjadi kekecewaan di orangtua siswa,”paparnya. Ditambahkan, jalur terzonasi memang bagus diterapkan pada momen PPDB, namun sebelum itu mesti ada sosialisasi terlebih dahulu, baik terkait NEM tertinggi, batasan usia atau lainya yang berkaitan dengan jalur terzonasi. Berdasarkan pantauan di lapangan sejumlah orangtua siswa mengaku kecewa karena jalur zonasi dinilai tak transparan. Pasalnya murid yang diterima tak dicantumkan alamatnya. “Kami jadi tidak tahu apa mereka benar-benar orang di sini (dekat sekolah) atau dari mana,” jelasnya. (sus)