Arja di PKB Angkat Sosok Ni Rawit Ceti Mucikari Gadis Panggilan

(Baliekbis.com), Ditengah pesatnya perkembangan zaman, nyatanya keberadaan kesenian Arja di Kota Denpasar masih terasa gaungnya hingga sekarang. Eksistensi kesenian Arja ini dibuktikan dengan tampilnya Sekaa Arja Arsa Winangun Desa Pakraman Pohgading, Ubung Kaja Denpasar Utara di Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 pada Kamis (15/6/17) di kalangan Ayodya, Art Centre Denpasar. Penampilan sekehe Arja yang digawangi seniman- seniman berusia muda ini sukes menyedot perhatian pengunjung PKB. Koordinator Sekaa Arja Arsa Winangun Desa Pakraman Pohgading, I Komang Gede Satrya Wibawa mengatakan judul yang diangkat Sekaa Arja Arsa Winangun ini adalah “Ceti” yang menangkap fenomena dunia prostitusi. ”Garapan kesenian Arja yang kami persembahkan ini diangkat dari novel karya sastrawan I Gusti Panji Tisna yang  berjudul Ni Rawit Ceti Penjual Orang” ujarnya. Berkisah tentang seorang gadis cantik dari Desa Lukluk, mantan penari Legong yang terkenal dan piawai menari. Namun, kecantikan serta kemampuannya menari disalahgunakan. Ni Rawit menggeluti pekerjaan menjadi seorang Ceti dan terjerumus ke dalam pekerjaan sebagai mucikari menjajakan gadis – gadis muda kepada para lelaki hidung belang dan para perompak Perancis,” ujar Satrya Wibawa.

Lebih lanjut Satrya Wibawa mengatakan keterkaitan  dengan tema PKB tahun ini yaitu Ulun Danu atau Melestarikan Air Sumber Kehidupan lewat garapan ini dikaitkan air diibaratkan  sebagai pemersatu dan pereda konflik. “Penata tari dalam garapan Sekaa  Arja Arsa Winangun yang berjudul Ceti dipercayakan kepada Guru I Gede Anom Ranuara dan Ni Wayan Rumiasih, sementara untuk tata tabuh dipoles I Made Sudarsana dengan konsultan Gusti Agung Ayu Susilawati,” ujanya. Sang Ketut Pesan Sandiyasa, selaku pengamat yang hadir dalam kesempatan tersebut mengatakan ada beberapa ketentuan yang menjadi tolak ukur dalam kesusksesan sebuah pagelaran Arja. Beberapa poin pokok tersebut diantaranya tembang yang dibawakan para pelakon kesenian Arja serta karakter suara dari masing- masing pemainnya. Disamping juga penjiwaan peran para pemain arja. Salah satu penonton, Dewa Putu Merta mengakui sangat menikmati jalannya pertunjukan. “Saya merasa terhibur, beberapa kali perut saya dikocok dengan kocaknya improvisasi para pemain Arja, disamping juga pesan moral dan ketegangan yang timbul dari konflik didalam cerita,” ujarnya. (sus)