Antisipasi Sektor Pariwisata, Bali Perlu Gali Potensi Ekonomi yang Lebih Sustain dan Inklusif

(Baliekbis.com),Pengembangan potensi-potensi baru perlu dilakukan pemerintah di Bali guna mendorong semakin tumbuhnya perekonomian. Ekonomi Bali selama ini banyak bergantung dan diuntungkan dengan pariwisata. Tapi ketika ada bencana seperti kejadian erupsi Gunung Agung beberapa waktu lalu dampaknya sangat  berpengaruh bagi ekonomi Bali.

“Karena itu perlu upaya untuk mencari sumber-sumber ekonomi baru yang sustain dan inklusif,” ujar Kepala KPwBI Bali Causa Iman Karana didampingi Deputi Direktur Sapto Widyatmiko di sela-sela Lokakarya Kebangsentralan dan Kehumasan Bank Indonesia Wilayah Provinsi Bali, dari tanggal 26 -28 April di Yogyakarta. Lokakarya diikuti puluhan wartawan yang selama ini banyak berkecimpung dalam liputan bidang ekonomi dan bisnis.

Untuk itu, tambah Causa Iman Karana yang akrab disapa CIK, KPwBI Provinsi Bali berupaya meningkatkan produksi dan kapasitas UMKM yang berpotensi ekspor atau menunjang sektor pariwisata. Salah satunya adalah pengembangan gula semut di Jembrana dan Desa Wisata Tampaksiring Gianyar.

Gula semut adalah gula merah versi bubuk dan sering pula disebut orang sebagai Gula Kristal. Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah semut yang bersarang di tanah. Bahan dasar untuk membuat gula semut adalah nira dari pohon kelapa atau pohon aren. Keistimewaan gula semut adalah memiliki rasa dan aroma yang khas. 

Dibandingkan dengan gula cetak, menurut CIK pengolahan nira menjadi gula semut akan lebih menguntungkan  karena harga jual lebih tinggi. Apalagi Bali sebagai daerah tujuan wisata dimana gula semut ini semakin diminati pasar. “Meski pengolahannya masih banyak dilakukan secara konvensional, namun produk gula semut telah berhasil menembus pasar ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Eropa, Srilanka, Australia dan Jepang,” tambah CIK. 

Oleh karena itu, KPwBI Provinsi Bali mulai mengidentifikasi pengembangan gula semut di Desa Pendem, Jembrana. Kelompok Mawar Bali, terdiri dari petani gula kelapa sejumlah 20 orang yang berada di sekitar Bukit Mawar, Desa Pendem, Jembrana akan dibina oleh KPwBI Provinsi Bali untuk menghasilkan produk gula semut berkualitas ekspor. “Petani gula kelapa tersebut juga kita ajak mengikuti kunjungan belajar ke Yogyakarta untuk meningkatkan produksi, juga melihat peluang pasar untuk ekspor,” tambah CIK.

Hasil ini diharapkan dapat berdampingan dengan hilirisasi produk coklat dan kopi yang selama ini sudah berkembang seperti halnya kopi Kintamani. Selain gula semut, KPwBI Provinsi Bali juga akan mengembangkan Desa Wisata Tampaksiring. Pemilihan Desa Tampaksiring mengingat potensinya yang besar serta lokasinya tidak jauh dengan Klaster Padi Pulagan yang merupakan binaan KPwBI Provinsi Bali. 

Selain itu, Desa Tampaksiring juga memiliki objek wisata Pura Tirta Empul dan Istana Presiden. “Tampaksiring mempunyai potensi seni, adat dan budaya yang masih kental. Ditunjang dengan potensi sumber daya alam dan potensi kerajinan yang berkualitas ekspor, pengembangan Desa Wisata Tampaksiring akan dibuat terintegrasi dengan agrowisata Pulagan,” jelas CIK.

Sebagaimana diketahui ekonomi Bali di tahun 2018 mengalami akselerasi kinerja dengan tumbuh sebesar 6,35% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 5,57% (yoy). Kinerja ekonomi Bali pada triwulan I 2019 diprakirakan tetap tumbuh kuat, dengan kisaran 6,10%-6,50% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan I 2018) sebesar 5,75% (yoy).

Menurut CIK, sejumlah tantangan yang dihadapi ekonomi Bali ke depan, antara lain tingginya ketergantungan ekonomi Bali pada bidang usaha pariwisata, turunnya kualitas wisman serta tingginya alih fungsi lahan. Pada saat ini hampir semua wilayah di Pulau Bali melakukan pembangunan yang berorientasi pada sektor wisata. Orientasi masyarakat di Bali telah berubah dari yang semula merupakan masyarakat agraris dengan mata pencaharian sebagai petani menjadi masyarakat pelaku penyedia tempat wisata. (bas)