Angkat Pendapatan Petani, Koster: Tiap Kamar Hotel Wajib Siapkan Buah Lokal

(Balielbis.com), Gubernur Bali Wayan Koster mengaku heran begitu banyaknya turis ke Bali namun buah lokal belum banyak bisa masuk hotel. 

“Padahal kualitas buah lokal Bali sangat bagus. Bahkan tembus pasar ekspor mancanegara. Kok banyak petani buah masih tak berdaya,” ujar Koster saat melepas ekspor komoditas pertanian senilai Rp 17,4 miliar di Pelabuhan Benoa-Bali, Kamis (21/3).

Selain pelepasan ekspor perdana buah salak gula pasir, komoditas pertanian unggulan yang dilepas kali ini adalah manggis, daun mimba, alang-alang, bunga anggrek, sarang burung walet, kepompong sutera, anak ayam umur 1 hari (DOC), dan kulit ular. Adapun negara tujuan ekspor yakni Cina, Singapore, Timor Leste, Hongkong, Brasil, Jepang dan Jerman. 

Hadir dalam acara tersebut Imam Djajadi,SP, MM (Kepala Balai Besar Soekarno Hatta), Drh. Putu Terunanegara,MM, (Kepala Balai Karantina Pertanian kelas I Denpasar), juga Anggota Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian yakni A.A. Bagus Adhi Mahendra Putra dan Made Urip

Untuk lebih memberdayakan buah lokal, Koster berharap pihak hotel dan restoran agar memanfaatkan secara maksimal buah lokal Bali ini. Sekarang ini masih terlihat para pelaku industri pariwisata ini jalan sendiri-sendiri. 

“Nanti hotel dan restoran wajib ambil produk dari petani saat musim panen. Tiap kamar harus diisi buah lokal. Sehingga wisatawan menikmati produk lokal Bali,” jelas Koster. Pengusaha juga ditekankan agar membeli ke petani harus secara cash. 

“Jangan petani sudah kecil lagi di-bon. Jangan cari untung di petani, tapi petani harus kita tolong,” tegas Koster di hadapan puluhan pengusaha dan pelaku ekspor yang hadir. 

Pengusaha juga diminta membantu meningkatkan nilai tambah produk lokal dengan membangun industri pengolahan. Industri ini juga bisa menjadi solusi saat produksi petani melimpah sehingga petani tak sampai rugi karena harga jatuh dan tak laku.

Di sisi lain Koster juga mengingatkan Bali sudah ada Pergub 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan, dan Industri Lokal Bali.

Sementara itu  Kepala Balai Besar  Karantina Soekarno Hatta Imam Djajadi, SP, MM saat melepas ekspor komoditas pertanian 

memuji komoditas yang tengah menjadi primadona ekspor di Bali yakni buah manggis. Petani Bali benar-benar merasakan manfaat kemudahan dan kecepatan pelayanan ekspor oleh pemerintah di dua tahun belakangan ini. 

Tahun 2018 petani manggis di Bali merasakan bagaimana hasil panennya bisa diterima penuh ke pasar-pasar besar mancanegara. Terlebih setelah berhasilnya negosiasi dagang antara Badan Karantina Pertanian dengan Otoritas Karantina Cina hingga keran ekspor langsung ke pasar Cina dibuka di penghunjung tahun 2017. 

Djajadi menambahkan dari data yang diambil dari sistem otomasi Badan Karantina Pertanian, di tahun 2018, dari Bali saja telah terkirim 4.096 ton buah manggis dengan nilai ekonomi Rp300 miliar hanya untuk pasar Cina saja. “Dan ini merupakan nilai ekspor manggis tertinggi di Indonesia,” jelasnya.

Kepala Karantina Pertanian Denpasar, Drh. I Putu Terunanegara,MM memaparkan komoditas asal Bali yang juga favorit di pasar internasional yakni salak gula pasir. Sejak dimulai ekspor perdananya sebanyak 0,5 ton ke Kamboja di Maret ini, ke depan tengah dipersiapkan secara rutin ekspor sebanyak 50-100 ton perbulannya. “Kini bertambah lagi komoditas andalan petani di Bali, dan petani sebagai penggeraknya telah menjadi pahlawan devisi negara,” ujarnya.

Terunanegara juga menyampaikan data perbandingan ekspor komoditas pertanian yang disertifikasi melalui wilayah kerjanya pada triwulan pertama di tahun 2018 dengan 2019 adanya peningkatan yang sangat signifikan, dimana pada tahun 2018 tercatat ekspor hanya  Rp29 miliar dan tahun 2019 melonjak Rp309 miliar. Dan ini tidak terlepas dari upaya keras Badan Karantina dalam memfasilitasi petani  memberikan jaminan kualitas dan kesehatan komoditas ekspor. (bas)