Agro Learning Centre (ALC) Dekatkan Teknologi dengan Pelaku Pertanian

(Baliekbis.com), Pandemi covid-19 membuat pariwisata di Bali sangat terpukul. Di tengah situasi ini, pertanian adalah sektor penting yang harus kembali digarap untuk mewujudkan ketahanan pangan di Bali.

Berangkat dari isu inilah, Ir. I Nyoman Baskara, MM., mendirikan Agro Learning Centre (ALC) pada tahun 2020 lalu. ALC didedikasikan untuk kepentingan masyarakat yang ingin mengenal lebih dekat dunia pertanian. Berlokasi di Jalan Cekomaria Gang Raya, kebun ALC didesain sangat sederhana dan ramah untuk menarik minat pengunjung.

Nyoman Baskara selaku Presiden Agro Learning Centre, dalam acara ALC Talk, Rabu (16/6) mengatakan bahwa ALC merupakan wadah diskusi dan sharing tentang ilmu pertanian. Anggotanya pun berasal dari Praktisi pertanian, ahli pertanian di berbagai kampus, pendamping petani di berbagai desa, dan anggota birokrasi.

Posisi Agro Learning Centre (ALC) adalah sebagai katalisator dan mediator yang akan memfasilitasi para ahli pertanian dengan peminat pertanian untuk saling mengedukasi dan mempraktekkan langsung pertanian itu. Dengan penyajian dan pengemasan menarik, diharapkan mampu menarik minat masyarakat dan kaum milenial terhadap pertanian untuk mewujudkan Bali Mandiri Pangan. “Dengan visi yang dimiliki ALC, agar terwujudnya pertanian sejahtera maka kami menjalankan fungsi sebagai connecting people yang akan menghubungkan dan mengkomunikasikan ide-ide yang dimiliki berbagai pihak,” ungkapnya.

Pihaknya tidak menampik jika pertanian dengan system konvensional tidak lagi diminati oleh masyarakat khususnya generasi milenial. Maka pengenalan teknologi dan inovasi pertanian dilakukan untuk mengangkat harkat martabat petani dan melawan kemiskinan. “Mendekatkan teknologi pertanian dengan pelaku pertanian adalah hal yang penting. Dengan taknologi generasi muda akan memperoleh dua manfaat yaitu ekonomi dan eksplorasi,” ungkapnya.

Pertanian berkelanjutan sebagai lokomotif penunjang ekonomi harus dikembangkan di Bali. Untuk mendukung hal itu, diperlukan big data yang kompherensif. Dengan pemetaan potensi setiap komoditi disetiap daerah sebagai bentuk pasar orientasi. Kebutuhan pasar lokal dan kebutuhan pasar ekspor harus dipetakan sehingga bisa mengolah lahan dan potensi yang ada. “ALC harus menjadi mitra pembangunan desa sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing desa,” pungkasnya.

Beberapa program yang sudah dikembangkan di ALC diantaranya pemberdayaan masyarakat dengan urban farming di kota Denpasar, workshop pembuatan pupuk, inovasi budidaya kolam lele dengan system bioflok diintegrasikan dengan hidroponik, dan kewirausahaan dari budidaya, pengolahan hingga pemasaran. (ist)