Ada Kisah Cinta “Rajapala” di Ayodya

(Baliekbis.com), “Banyak penampil yang tidak tahu secara dalam kisah Rajapala ini, jadi saling berbagi dan belajarlah,” tutur Ni Kadek Ayu Mirah Kusumawardani selaku pembina tari. Meski demikian, Mirah tetap berusaha menghadirkan kisah Rajapala di Kalangan Ayodya, Taman Budaya, Denpasar, Selasa (7/8) malam di acara Bali Mandara Mahalango 2018.

Kisah klasik generasi milenial yang kesulitan memahami cerita rakyat memang bukan sebuah keasingan lagi. Itulah yang turut dialami oleh anak didik Ni Kadek Mirah Kusumawardani. Pembina dari Sanggar Tari dan Tabuh Wibisana, Banjar Tegal Jaya, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini berujar generasi zaman now jarang ada yang mengetahui kisah-kisah klasik khas Bali maupun cerita rakyat. “Itu menjadi kendala bagi kami untuk menggarap garapan ini, karena rata-rata yang kami libatkan penari yang masih muda,” ujar Mirah. Sendratari yang bertajuk Rajapala ini mengisahkan petualangan cinta Rajapala yang menikahi seorang bidadari bernama Dewi Supraba. Pernikahan ini dapat berlangsung karena Rajapala mencuri selendang Dewi Supraba yang akan digunakan untuk terbang ke kahyangan. Setelah memiliki seorang buah hati bernama Durma, Dewi Supraba pun mengetahui kebohongan Rajapala. Sehingga Dewi Supraba pun memutuskan untuk kembali ke kahyangan.

Gelar seni pertunjukan pariwisata Sendratari Rajapala ini berlangsung pada Kalangan Ayodya Taman Budaya, Denpasar. Meski sempat mengalami kesulitan diawal garapan, namun Sendratari Rajapala ini akhirnya berlangsung dengan cukup baik. Hanya saja penampilan Sanggar Tari dan Tabuh Wibisana belum maksimal untuk ukuran penampil di acara sekelas Bali Mandara Mahalango. Penggunaan properti yang masih medekati kesan tradisional menambah kesan etnik dalam Sendratari Rajapala ala Sanggar Wibisana ini. Dalam mempersiapkan garapannya, Mirah pun turut dibantu sang ayah, Nengah Rajendra yang juga berprofesi sebagai seorang seniman. “Cerita yang kami garap ini betul-betul menggunakan cerita Rajapala terdahulu, kami berusaha untuk menghadirkan Rajapala yang orisinil,” terang Rajendra. Tampilnya Sanggar Tari dan Tabuh Wibisana ini merupakan kali pertama dalam Bali Mandara Mahalango. “Kami mengajukan proposal agar dapat tampil, lalu akhirnya diterima oleh pihak dinas terkait,” ungkap Rajendra.

Tak banyak yang bisa diharapkan Mirah dan Rajendra. Mendapat kesempatan tampil dalam Bali Mandara Mahalango adalah pengalaman yang luar biasa bagi anak dan ayah ini. Meski demikian, sebagai seorang seniman, baik Mirah maupun Rajendra sama-sama merindukan sebuah apresiasi dari masyarakat. Kehadiran penonton tidaklah sebanyak yang diharapkan membuat Mirah dan Rajendra sedikit kecewa. “Kedepannya agar Bali Mandara Mahalango dapat terus berlangsung dan masyarakat lebih peka akan kehadiran Mahalango ini,” harap Rajendra kalem. (gfb)