6 Oktober Puncak GP ke-16, Doa Perdamaian Bergema dari Bajra Sandhi Denpasar

(Baliekbis.com), Tahun 2018 ini perhelatan GP dilaksanakan untuk ke-16 kalinya. Puncak acara GP pada Sabtu (6/10) dihelat di lapangan sisi Timur Monumen Bajra Sandhi mulai pukul 16.00 Wita sampai 21.00 Wita dan diperkirakan melibatkan puluhan ribu orang. Demikian dijelaskan sejumlah Steering Committee GP, saat jumpa pers GP di Gong Perdamaian, Rabu (3/10).

Ketua Panitia GP XVI Kadek Adnyana didampingi Sekretaris Wahyu Diatmika menambahkan, kegiatan ini juga akan dihadiri sejumlah pejabat pemerintah pusat, provinsi, kota dan kabupaten di Bali. Yang tak kalah penting kehadiran para suci, pendeta, biksu, ulama, tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai golongan dan agama, konsul-konsul negara sahabat. Para aktivis dari semua agama tak mau ketinggalan. Mereka akan hadir dari unsur Perkumpulan Pasraman Indonesia, seniman, budayawan, pelajar, mahasiwa, ormas dan masyarakat lainnya baik lokal maupun international.

Menurut data yang masuk, sampai saat ini yang sudah mendaftar untuk berpartisipasi sekitar 9.281 orang. “Padahal undangan yang disebar hanya 800 lembar. Ini bukti betapa masyarakat memandang penting menggemakan damai,” ujar Wahyu. Ditambahkan, acara puncak GP akan diawali dengan eksebisi keberagaman etnis Nusantara, Carnaval, padayatra, Penganugerahan award putra-putri Ambasador Damai, doa bersama para tokoh semua agama dan hiburan. “Pada kesempatan ini seluruh peserta juga akan melakukan doa bersama untuk saudara-saudara kita di Sulawesi Tengah & Lombok yang dilanda bencana alam,” jelasnya.

Gema Perdamaian (GP) adalah sebuah gerakan untuk terus menyadarkan manusia betapa pentingnya hidup rukun dan harmonis dengan sesama manusia, alam dan segala isinya. Gerakan perdamaian ini didorong oleh hati nurani untuk peduli terhadap situasi perjalanan peradaban baik yang berupa sejarah maupun yang terjadi belakangan ini di seluruh dunia khususnya di Indonesia dengan adanya berbagai hentakan bencana kemanusiaan sejak tahun 2002.

Perbedaan merupakan fakta hidup, baik beda agama, ras, suku dan lainnya bukanlah bahan dan panggung untuk melakukan pertentangan, perkelahian, perselisihan dan lain sebagainya yang seolah anti damai. sangatlah terasa bahwa peradaban saat ini berjalan didominasi oleh ego yang dibenarkan oleh arogansi rasionalitas dalam segala wujud ciptanya. “Manakala kita hening dan berusaha mendamaikan diri, hati nurani dengan halus dan penuh kasih membisikkan bahwa bukan ini yang sebenarnya yang ingin kita ciptakan dan kita cari. Peradaban tanpa damai akan percuma. Damai adalah dasar yang paling hakiki” ujar Kadek Adnyana. Ia menambahkan, dengan damai, hidup lebih bermanfaat dan terasa lebih indah. Damai dengan alam, damai dengan sesama, dan damai dengan sang Pencipta.

Sebelumnya, serangkaian kegiatan telah digelar seperti terlibat dalam _world clean up day_ bersama Suksma Bali, Sarasehan Damai Tokoh Pengusaha Bali bersama HIPMI, IWAPI BKOW, pemilihan Putra-Putri Ambasador Damai bersama STIKOM Bali, dan road show damai ke kampus-kampus. Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada masyarakat untuk selalu sadar memelihara perdamaian ini di tengah peradaban era milenial saat ini. Dukungan dari berbagai lapisan masyarakat dan stake holders terus berdatangan. Damai itu Indah! (bas)