6 Juli, Kolaborasi Les Grandes Personnes dan Barong Ket Tampil di PKB

 

(Baliekbis.com), Setelah meramaikan pawai pembukaan yang dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo dan tampil di panggung terbuka Ksiraarnawa, Art Center dalam rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38, Les Grandes Personnes kembali hadir menghibur penikmat seni di Bali pada perhelatan PKB ke-39 Pertunjukan Les Grandes Personnes tahun ini terbilang istimewa dibandingkan tahun sebelumnya. Boneka raksasa dari Prancis ini akan berkolaborasi dengan Barong Ket dari Komunitas Budaya Yasa Putra Sedana, Desa Pengaji, Payangan, Gianyar.

Amandine Salmon, Direktris Alliance française Bali, dalam konferensi pers yang berlangsung di Urban Cafe, Senin (3/7/2017) mengatakan penampilan kolaborasi ini adalah agenda kesenian tahunan yang diadakan oleh Kedutaan Besar Prancis, Institut Français d’Indonésie dan Alliance française Bali. Konferensi pers kali ini jgua dihadiri oleh Dewa Rai Budiasa dan Dewa Putra Diasa dari Komunitas Budaya Yasa Putra Sedana, serta Pauline De Coulhac, sutradara pertunjukan dari Les Grandes Personnes, ditemani 3 seniman Les Grandes Personnes lainnya : Stefano Emili, Nicolas Vuillier, dan Caroline Brillon.Pertunjukan kolaborasi ini akan menampilkan sebuah cerita panggung bertajuk ‘Les Touristes’ atau ‘Wisatawan’ pada hari Kamis, 6 Juli 2017 pukul 19.30 WITA di Kalangan Madya Mandala, Art Center. Pertunjukan ini adalah perpaduan dua budaya, Prancis dan Indonesia yang diwakili oleh Bali. Boneka raksasa dari Prancis berperan sebagai turis yang sedang berlibur di Bali dan terkagum-kagum melihat keindahan Pulau Dewata. Dalam perjalanan wisata itu, mereka menyaksikan pertunjukan Barong Ket. Mereka pun larut dalam cerita peperangan antara kebaikan (Barong) dan kejahatan (Rangda).

Setelah memeriahkan PKB di Bali, Les Grandes Personnes juga akan tampil di Jakarta pada tanggal 9 Juli 2017 di Car Free Day kawasan MH Thamrin dan 13 Juli di Kawasan Kota Tua. Setelah itu Les Grandes Personnes akan mengakhiri turnya di kota Surabaya pada tanggal 16 Juli 2017. Dalam kolaborasinya kali ini, Les Grandes Personne dan Komunitas Budaya Yasa Putra Sedana tidak sekadar mementaskan seni hiburan untuk publik Bali. Pementasan bertajuk ‘Les Touristes’ atau ‘Wisatawan’ adalah pementasan yang sarat pesan. Sementara Pauline De Coulhac, sutradara Les Grandes Personnes mengatakan, pementasan yang akan mereka persembahkan adalah krtitik atas pariwisata Bali, terutama mass tourism yang kian menjadi-jadi di Bali. Baginya, turis tak boleh hanya jadi konsumen yang berkunjung dan membeli, tapi juga bertanggungjawab untuk turut memahami budaya dan adat di tempat yang mereka kunjungi.

Nicolas Vuillier, salah satu seniman Les Grandes Personnes, boneka raksasa yang mereka gunakan, yang tingginya sekitar 4 meter adalah metafor bagi membludaknya jumlah turis yang memenuhi Bali. Di sisi lain Dewa Rai Budiasa dari Komunitas Budaya Yasa Putra Sedana menegaskan bahwa kelompok Les Grandes Personnes adalah kelompok seniman yang tidak hanya fokus pada aspek kesenian yang mereka tampilkan, tapi juga memberikan perhatian pada kelestarian lingkungan. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat boneka raksasa, adalah bahan-bahan daur ulang yang ramah lingkungan. “Aksi dari Les Grandes Personnes sangat sesuai dengan tema PKB ke-39 yakni Melestarikan Air Sumber Kehidupan. Dengan memberdayakan sampah atau barang bekas, kita turut berpartisipas dalam menyelamatkan kelestarian air di sekitar kita.” Tutur Budiasa yang puluhan tahun bermukim di Jerman ini. Pauline juga menambahkan bahwa Les Grandes Personnes dari tahun ke tahun selalu melakukan riset untuk memperbaiki penampilan mereka, baik dari segi cerita maupun dari aspek penggunaan material untuk membuat boneka raksasa. Riset itu mereka lakukan tiap kali berkunjung ke negara-negara tempat mereka melakukan pementasan.

Les Grandes Personnes terbentuk pada tahun 1998, di Kota Aubervilliers, dekat Paris, Prancis, tepatnya di Villa Mais d’Ici, area pengembangan kebudayaan. Les Grandes Personnes memadukan seni patung, seni visual dan seni pertunjukan. Adapun Komunitas Budaya Yasa Putra Sedana terbentuk pada tahun 1996, oleh tiga bersaudara di Jero Pengaji, Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. Pembentukan komunitas ini bertujuan untuk melestarikan dan mempromosikan tradisi Bali, khususnya tari dan musik. Nama Yasa Putra Sedana terinspirasi dari nama tiga bersaudara yaitu : Dewa Rai Budiasa (Yasa), Dewa Putra Diasa (Putra) et Dewa Gede Setiawan (Sedana). Interpretasi lainnya dari nama Yasa Putra Sedana adalah karya masyarakat untuk mencapai kemakmuran. (bas)