25 Januari 2020, Peluncuran Buku Foto “Maestro Tari” Ni Ketut Arini

(Baliekbis.com),Fotografer Yan Palapa mengabadikan sosok Ni Ketut Arini melalui karya fotografi. Bentuk apresiasinya kepada Sang Maestro Tari ini
dirangkum ke dalam karya buku foto bertajuk “Candra Metu, Ni Ketut Arini” yang memuat 50 lebih karya foto Ni Ketut Arini ketika menarikan Tari Candra Metu.

Buku ini akan diluncurkan sekaligus dipadu dengan pameran foto melalui kegiatan malam apresiasi yang dihelat pada 25 Januari 2020 mendatang di Maya Sanur Resort & Spa.
“Saya sebagai penggagas acara menyadari ini bukanlah lagi langkah awal sebuah bentuk apresiasi. Sudah banyak langkah yang telah dilakukan baik oleh pemerintah daerah maupun swasta dan perorangan dalam upaya membangun nilai-nilai apresiatif atau penghargaan terhadap seniman maupun bidang lainnya,” ungkap Yan Palapa saat jumpa.
pers, Selasa (21/1/2020) di Sanur.

Jumpa pers tersebut terkait akan diadakannya malam apresiasi untuk Ni Ketut Arini pada tanggal 25 Januari 2020. Pada malam itu pula akan ada penampilan dari Arini, I Wayan Purwanto, pembacaan puisi oleh Ayu Winastri dan gamelan Pinda serta launching buku foto dan pameran foto.

Ni Ketut Arini adalah seniman legendaris Bali yang masih hidup dan menghidupi tari hingga kini. Lebih dari 60 tahun hidupnya didedikasikan untuk melestarikan seni tari Bali. Maka sangat layak Pemilik Sanggar dan Pendiri Yayasan Warini ini disebut sebagai seorang maestro tari. Tak terhitung sudah Arini telah menghiasi panggung-panggung untuk menari dan mengenalkan tari tradisional Bali khususnya yang memukau ke berbagai negara.

Dikatakan, buku foto ini dibuat sebagai bentuk pengingat bahwa segala sesuatu memiliki akar, termasuk tarian. Menurut Yan, harus ada sebuah bentuk, baik berupa patung, lukisan atau apapun untuk mendokumentasikan sejarah tradisi. ”Berhubung sosok legendaris seperti beliau (Ni Ketut Arini) di Denpasar yang masih hidup dan kuat menari di sisa usianya, jadi ini waktu yang tepat untuk mengabadikannya dalam bentuk buku foto. Ini pula untuk meningkatkan kesadaran akan tradisi yang semakin luntur dan menjadi lambang bahwa pelestarian warisan budaya Bali itu penting,” paparnya.

Seorang kurator, Arief Bagus Prasetyo memaparkan rata-rata karya fotografi Yan Palapa memiliki ciri khas yang diistilahkan “blurism”. Jika umumnya foto panggung lain terpaku untuk menangkap foto still, tetapi Yan lebih memilih menangkap gerak sehingga hasil fotonya terlihat bergerak dan hidup. ”Keseluruhan fotonya bersifat abstrak karena konsep dia memang menangkap gerak. Secara filosofis, semua di dunia ini tak ada yang diam (still) bahkan batu sekalipun,” ulasnya.

Sementara itu maestro Ni Ketut Arini mengaku sangat senang dan bangga karena telah diapresiasi dan dibuatkan buku foto yang memuat dirinya dan ikon tarian tradisional Bali yang sudah mulai memudar eksistensinya. ”Setidaknya melalui buku foto ini semoga menjadi pengingat dan memacu generasi penerus untuk terus belajar sehingga tarian tradisional Bali bisa terus terjaga eksistensinya,” harap Arini. (ist)