2018, Pariwisata dan Cuaca Berpotensi Dorong Kenaikan Inflasi

(Baliekbis.com), Perkembangan terkini inflasi Bali pada Februari 2018, Provinsi Bali mencatat inflasi sebesar 0,58% (mtm) atau 2,88% (yoy). Secara bulanan, pencapaian ini lebih tinggi dibanding inflasi Nasional yang sebesar 0,17% (mtm). Sejumlah faktor di antaranya trend kenaikan pariwisata dan anomali cuaca bisa mendorong kenaikan permintaan sehingga mempengaruhi inflasi.

“Meskipun demikian, secara tahunan pencapaian tersebut masih lebih rendah dibanding inflasi Nasional yang sebesar 3,18% (yoy),” ujar Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia KPw Bali Azka Subhan saat membacakan sambutan Kepala Bank Indonesia KPw. Bali Causa Iman Karana pada acara acara Diseminasi Kajian Ekonomi Regional Periode Februari 2018 yang mengusung tema “Strategi dan Upaya dalam Mendorong Sumber-sumber Ekonomi Baru untuk Mendukung Stabilitas dan Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Bali” di Harrys Hotel Kuta, Rabu (28/3).

Azka Subhan.

Dalam acara ini BI menghadirkan dua nara sumber yakni Vice President Corporate and Senior Economist PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Ryan Kiryanto dan Guru Besar Ilmu Manajemen Undiknas Denpasar, Prof. Dr. IB Raka Suardana. Kedua pembicara dalam kesempatan terebut banyak mengulas pentingnya bagi Bali untuk mangembangkan sektor-sektor di luar pariwisata untuk menjaga stabilitas ekonomi Bali mengingat sektor pariwasata sangat rentan dengan masalah bencana alam dan faktor keamanan lainnya.

Menurut Azka, inflasi yang terjadi terutama disebabkan oleh kenaikan harga bensin, cabai rawit, cabai merah, bawang merah, bawang putih, dan angkutan udara. Menurutnya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali dan Kabupaten/Kota akan terus berupaya melakukan pengendalian harga baik melalui forum koordinasi dan langkah tindak lanjut dengan OPD terkait.

Program kerja TPID akan difokuskan pada aspek produksi, distribusi, serta menjaga ekspektasi masyarakat melalui sosialisasi dan publikasi serta memberikan imbauan (moral suasion) kepada masyarakat mengenai hal-hal yang diperlukan dalam upaya menjaga stabilitas harga. Upaya stabilisasi harga melalui pelaksanaan pasar murah juga akan kembali disusun sehingga diharapkan dapat menjadi jangkar dalam penetapan harga dan menahan laju inflasi yang dapat bersumber dari sisi permintaan, sisi penawaran, dan ekspektasi pelaku ekonomi.

Meskipun demikian, upaya pengendalian inflasi ke depan masih menghadapi beberapa tantangan antara lain penyelenggaraan IMF WB serta tren kenaikan pariwisata dunia yang berpotensi mendorong kenaikan permintaan bahan pangan, tren kenaikan harga minyak dunia berpotensi mendorong kenaikan harga kelompok administered prices dan anomali cuaca yang berpotensi mengganggu kinerja produksi komoditas pangan. Sementara Inflasi Bali pada tahun 2017 dari sisi perkembangan harga, tercatat sebesar 3,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahun 2016 yang sebesar 3,23% (yoy). Meskipun demikian capaian), inflasi Bali pada tahun 2017 tersebut masih sesuai dengan sasaran inflasi Nasional 4% ± 1% (yoy). (bas)