2.000 Penari Tenun Kerobokan Pecahkan Rekor MURI di Pantai Petitenget

(Baliekbis.com), Dua ribu lebih penari Tenun pada ajang Petitenget Festival, Minggu (16/9) sore yang tampil memukau di hadapan belasan ribu pengunjung dan wisatawan berhasil memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia).

Usai pentas yang berlangsung sekitar setengah jam di Pantai Petitenget Kerobokan itu, pihak MURI langsung menyerahkan penghargaan bergengsi itu. Penghargaan diserahkan Manager MURI Andre Purwandono kepada Bendesa Adat Kerobokan Anak Agung Putu Sutarja yang disaksikan Wabup Badung Drs. Ketut Suiasa, Ketua Panitia Petitenget Festival AAB Bayu Joni Saputra serta undangan. Penghargaan diberikan MURI atas rekor Pagelaran Tari Tenun oleh Penari Terbanyak.

Para penari cantik yang berasal dari 50 banjar se Desa Adat Kerobokan itu sejak tampil awal terlihat memukau. Bahkan ribuan penonton betah menyaksikan tarian ciptaan seniman asal Banjar Campuhan, Kerobokan yakni Nyoman Ridet pada tahun 1957. Hingga pementasan berakhir penonton belum beranjak dari arena pementasan yang sore itu nampak cerah dilatarbelakangi sunset.

Pementasan Tari Tenun sekaligus menutup Petitenget Festival (Kerobokan Arts & Spirit 2018) yang telah berlangsung sejak Jumat (14/9). Ada yang istimewa, penari pertama Tari Tenun ini yakni Jero Ketut juga ikut bernostalgia menari di tengah-tengah ribuan penari yang mengenakan kebaya putih dan kamben merah cerah. Tidak hanya itu, sejumlah penari asal Jepang juga ikut menarikan Tari Tenun ini. Tentu ini suatu kebanggaan tersendiri bagi warga Kerobokan dan Petitenget Festival ini.

Dua ribu penari ini tampil rapi, kompak dan cantik. Mengenakan kebaya warna putih dan kamben songket merah para penari tampak menawan ditambah dengan lelunakan berwarna kuning yang menghiasi kepala penari semakin memperindah gerak tarik para penari ini.

“Tari Tenun ini juga menjadi salah satu ikon Petitenget Festival selain ada Butho Ijo. Kami juga apresiasi antusias pengunjung dan wisatawan yang membeludak salah satunya untuk menyaksikan Tari Tenun yang telah disiapkan sejak beberapa bulan lalu,” kata Ketua Panitia Petitenget Festival, AA Bayu Joni Saputra di sela-sela acara.

Tari Tenun merupakan tari kreasi khas Bali yang diciptakan oleh seniman asal Banjar Campuhan, Kerobokan yakni Nyoman Ridet pada tahun 1957. Tari Tenun ini menggambarkan kegiatan wanita desa yang sedang membuat kain tenun dengan alat-alat yang sangat sederhana. Menenun merupakan proses pembuatan kain dari persilangan dua set benang dengan cara memasuk-masukkan benang secara melintang pada benang-benang lain.

Gerakan tarian ini dimulai sejak para penenun mulai memintal benang, mengatur benang pada alat tenun, dan diakhiri dengan menenun. Keseluruhan gerak tari ini merupakan perpaduan antara unsur-unsur tarian klasik yang ditambahkan dengan gerak-gerak imitatif atau hasil kreativitas penciptanya. Saat ditarikan secara berkelompok, tari menekankan pada kekompakkan gerak sehingga keindahannya semakin terlihat indah.

Selain gerakannya yang unik, busana yang dikenakan leh para penari tenun juga indah. Biasanya identik dengan warna-warna cerah, seperti kuning, hijau, dan merah. Hiasan kepala yang khas (lelunakan) juga menambah keindahan. (bas)